Minggu, 09 Januari 2011

Penyebab Fenomena Kenakalan Remaja


Apa penyebab penyimpangan dan menjauhnya kebanyakan pemuda dari agama?
Jawaban:
Penyimpangan kebanyakan pemuda dan menjauhnya mereka dari semua hal yang berbau agama, seperti yang Anda sebutkan, memiliki banyak sebab. Di antara sebab yang paling pokok adalah kurangnya ilmu agama dan keindahan Islam, kurang perhatian terhadap al-Qur’an, sedikitnya murabbi (pendidik) yang berilmu dan memiliki kemampuan dalam menjelaskan hakikat, keindahan, dan tujuan Islam dan semua hal-hal yang mengandung kebaikan di dunia dan akhirat secara detail.
Di samping itu, ada penyebab yang lain seperti faktor lingkungan, media massa, televisi, seringnya melancong ke luar negeri, bergaul dengan pembantu yang rusak aqidah dan akhlaknya, dan kebodohan yang bertumpuk-tumpuk serta faktor lainnya yang menjadi pemicu larinya para remaja dari Islam dan gandrungnya mereka dengan penyimpangan dan “kebebasan”.
Maka berkumpullah kebanyakan pemuda pada kondisi ini, berupa kosongnya hati mereka dari ilmu yang bermanfaat dan aqidah yang shahih, disertai terjangan topan keraguan dan syubhat serta slogan-slogan yang menyesatkan, dan syahwat yang menipu. Hasilnya adalah apa yang telah Anda sebutkan dalam pertanyaan Anda, yakni menyimpang dan menjauhnya para pemuda dari hal-hal yang berbau agama.
Alangkah indahnya apa yang dikatakan tentang makna hal ini:
أَتَانِي هَوَاهَا قَبْلَ أَنْ أَعْرِفَ الْهَوَى
فَصَادَقَ قَلْبًاخَالِيَا فَتَمَكَّنَا
Telah mendatangiku hawanya sebelum aku mengenal hawa.
Maka ia menembus hati yang kosong lalu menguasainya.
Dan yang lebih indah dan benar tentang hal tersebut firman Allah Ta’ala,
أَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلاَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلاً  أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلاَّ كَاْلأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلاً
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya.” (Qs. al-Furqan: 43-44).
Adapun solusinya berbeda-beda, sesuai dengan variasi penyakitnya. Yang terpenting adalah perhatian terhadap al-Qur’an dan bagaimana perjalanan hidup Nabi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di samping itu, perlu untuk memilih pengajar yang shalih, mudir dan pengawas yang shalih, manhaj yang benar, memperbaiki sarana informasi dalam negeri Islam, memberantas seruan kepada “kebebasan” dan akhlak-akhlak yang tidak Islami, serta segala jenis penyimpangan dan kerusakan jika memang orang-orang yang berkompeten dalam hal ini jujur  dalam dakwah Islamiyyah dan gemar memberikan arahan kepada rakyat dan para pemuda. Demikian pula, perbaikan lingkungan bergaul dan membersihkannya dari wabah yang menjangkitinya.
Yang juga termasuk solusi, melarang bepergian ke luar negeri kecuali karena darurat dan memprioritaskan pada penyadaran dengan ajaran Islam yang suci, integral, dengan perantara berbagai sarana komunikasi, da’i, dan para khatib. Saya memohon kepada Allah untuk menganugerahkan hal tersebut, memperbaiki para pemimpin kaum muslimin, memberikan mereka pemahaman agama, serta berpegang dengannya dan memerangi setiap penghalangnya, tentunya dengan kejujuran, keikhlasan, dan usaha yang berkesinambungan. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Mahadekat. (Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, 5/253-254).
Sumber: Majalah al-Mawaddah, Edisi 8 Tahun I, Shafar-Rabiul Awwal 1429 H – Maret 2008
Dipublikasikan oleh www.KonsultasiSyariah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Archive