Minggu, 28 November 2010

Anak Muda Nyalakan Semangatmu!, Nasihat Penggugah Jiwa Bagi Pemuda Pendamba Syurga

Anak Muda Nyalakan Semangatmu!, Nasihat Penggugah Jiwa Bagi Pemuda Pendamba Syurga,
“ Terdakwa Menggugat Bahaya Televisi “
Oleh: Abu Hanifah Muhammad Faishal alBantani al-Jawy
Orang yang beriman mengetahui bahwa ia akan berdiri di hadapan Alloh Azza wa Jalla dan akan diminta pertanggungjawabannya mengenai apa yang dilihatnya dengan kehendaknya dan apa yang didengarnya dengan ikhtiarnya. Alloh Azza wa Jalla berfirman: “ Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya “. (QS. Al-Isra’: 36). Wahai kaum muslimin yang mulia, kita pada kali ini akan membicarakan tentang suatu “ Fitnah “ (Bencana) yang telah memasuki setiap rumah, kecuali orang yang diberi rahmat Alloh dan mereka itu sangat jarang, pembicaraan yang akan kami kemukakan kepada kalian pada kali ini tidak akan kekurangan kejujuran dan akan sangat jelas: “ Agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata “. (QS. Al-Anfal: 42).
Dan Pembahasan kami kali ini berjudul: “ Terdakwa Utama “. Itulah terdakwa yang senantiasa berada di sebagian besar rumah kaum muslimin, bahkan berada dalam majlis-majlis mereka dan kamar-kamar tidur mereka. Ia bukan terdakwa karena mencuri harta dan perabotan. Ia terdakwa karena mencuri kehormatan dan kesucian. Ia terdakwa karena mencuri nilai-nilai dan moral. Supaya kita tidak mengada-ada atasnya, mari kita membuka lembaran kasus dan dakwaan.
Televisi terdakwa dengan dua puluh satu kasus, setiap kasus mampu menghancurkan aspek besar dari masyarakat:
# Ia terdakwa melatih pemuda untuk melakukan kekerasan.
# Ia terdakwa memotivasi untuk berbuat kekejian dan menyebarkan kenistaan di tengah para pemuda, baik laki-laki maupun perempuan.
# Terdakwa melatih para penjahat dengan seni terbaru untuk mencuri, menggeledah rumah dan membuka kunci.
# Terdakwa memotivasi kaum wanita/akhwat untuk durhaka kepada suaminya sehingga menyebabkan terjadinya banyak perceraian dan keretakan rumah tangga.
# Terdakwa melenyapkan akhlak yang mulia dan menyebarkan akhlak yang rendah seperti dusta, khianat, kefasikan, kesia-siaan dan lain sebagainya.
# Mengingkari nilai-nilai dan tradisi-tradisi Islam serta menggambarkannya dengan image yang terbelakang.
# Melalaikan para pelajar&mahasiswa dari pelajaran mereka dan menyia-nyiakan waktu mereka.
# Membuat para pelajar&mahasiswa akan jauh dari norma-norma agama Islam dan menghancurkan nilai-nilai keislaman, yang malah ditelevisi yang menjadi trend para pemuda adalah mode-mode budaya orang kufar (kafir).
# Upaya menghancurkan ekonomi umat (islam).
# Mencemari Aqidah Tauhid anak-anak serta Kaum Muslim.
# Membunuh Ghirah (Kecemburuan) laki-laki terhadap istri mereka dan mahram mereka.
# Melemahkan Aqidah Al-Wala’ wal Bara’ (loyalitas dan benci) yang dimiliki kaum muslimin.
# Mencemari sejarah Islam melalui cara apa yang dinamakan dengan “ Serial Agama”.
# Kedua Orang tua tidak lagi memperhatikan putra-putri mereka, karena sibuk dengan acara televisi.
# Menyia-nyiakan kekayaan bangsa untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya.
# Memotivasi untuk merokok, memakai kondom, meminum miras, memakai obat-obatan (Napza)
# Membuat/mengajarkan para pemuda&pemudi cinta kepada sang kekasih/pacar disbanding kecintaannya kepada Alloh dan Orang tua.
# Propaganda kepada nasioanalisme, komunisme&imperialisme dan memporak-porandakan persatuan Islam.
# Menyebabkan kaum muslimin malas/lalai untuk beribadah.
# Menumbangkan bahasa Arab/Indonesia dan menyebarkan lughah ‘ammiyyah (bahasa pasaran/bahasa gaul) di tengah-tengah manusia.
# Mempropagandakan bahwa Islam adalah agama Terorisme dan agama yang tidak cinta damai.
Maka waspadalah wahai umat Islam atas propaganda yang dilakukan oleh Televisi terhadap umat Islam. Maka ingatlah, “ Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Alloh (saja), dan jauhilah thaghut “. (QS. An-Nahl: 36). Jadi tayangan yang telah ada di Televisi semua acaranya sangatlah sia-sia karena dapat melalaikan kita untuk beribadah hanya kepada Alloh dan malah menyembah thaghut sang TV bukan kepada Alloh sang pencipta Dunia yang mulia ini. Sebagaimana yang dikatakan Syaikh kami yang mulia al-Baro’ al-Faqih Prof. DR. Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al-Fauzan Hafidzhahulloh (Anggota Al-Lajnah Ad-Da’imah juga Ha’iah Kibarul Ulama) berkata: “ Dunia ini penuh fatarmogana marilah kita raih kejayaan Islam dengan mempelajari ilmu Syar’i (Agama) yang merujuk kepada pemahaman Ahlusunnah wal Jama’ah dengan Manhaj (pemahaman) Rasululloh dan para Salafush Ash-Shalih yang Robbani yang dijamin masuk syurga dibanding kita sia-sia dalam menonton TV berlama-lama yang tidak ada manfaatnya dan banyak mudharatnya juga dibandingkan dengan kita membaca Al-Qur’an dan mempelajari Sunnah-sunnah/hadist-hadist Rasululloh ya Saudaraku yang mulia “ ?.
Maka wahai Saudaraku yang dicintai Alloh sungguh mengikuti jalan para Rasul juga para Salafush Ash-Shalih adalah keharusan setiap muslim, sebagaimana firman Alloh: “ Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) “. (QS. Al-An’am: 153). Maka bukanlah kecintaan kita kepada sang idola yang ada di TV itu adalah perbuatan yang haram dan dimurkai yang dilaknat Alloh sungguh sang panutan idola kaum muslim adalah Rasululloh Muhammad Ibnu Abdillah Shallallahu’ Alaihi wa Sallam bukanlah yang ada di TV yang mencari ketenaran dan popularitas semata?.
Diriwayatkan dari Mu’awiyah bin Haidah bahwa Rasululloh Shallallahu’ Alaihi wa Sallam bersabda: “ Celaka bagi orang yang berbicara, sedangkan ia dusta (dalam pembicaraannya) supaya suatu kaum tertawa. Celaka bagi dia, celaka bagi dia “. (HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Al-Hakim), jadi kami peringatkan kepada pengelola TV agr acara tayangan yang seharusnya itu mendidik kepada kemashlahatan umat bukan tayangan Gosip sana Gosip sini apalagi kemusrikan atau hal-hal yang berbau mistik yang telh dilaknat Alloh?. Firman Alloh yang mulia: “ Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan (yang berhak diibadahi) melainkan Alloh “. (QS. Muhammad: 19). Jadi sesungguhnya acara-acara yng perlu ditayangkn oleh pihak pengelola TV itu harus mengajarkan kebaikan bukanlah yang dilaknat Alloh seperti acara-acara yang telah ditayangkan sekarang ini?, yakni banyaknya kemudharatan seperti acaranya yakni berbau Mistik dan Khurafat, Tahayul atau Kebid’ahan, serta kami mohon kepada anda wahai saudaraku yang dicintai Alloh kami mohon acara TV itu janganlah pula banyak Gosip serta tentang Percintaan/Pacaran, dan hal-hal yang dimurkai Alloh….!!!!.
Karena sungguh Pacaran itu adalah perbuatan Syaithan Laknatulloh yang menggiring umat kepada Neraka maka lebih baik Nikah saja daripada terkena laknat Alloh!, Sesungguhnya Islam ini Agama yang Mulia dan Tinggi bukanlah agama yang sulit tetapi Agama Islam adalah agama yang mudah dan ringan sekali, lihat dan rujuk Kitab Ad-Dhiyaul’ Laami Minal Kutabil Jawami’ Oleh: Al-Allamah Syaikh Al-Faqih Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin Rahimahulloh. Kami menghimbau sekali lagi kepada anda para penjaja/pengelola TV agar menayangkan acara yang mendidik umat, serta untuk tidak menjajakan tontonan yang tidak bermanfaat, seperti acara-acara yang telah kami sebutkan tadi contohnya, Sinetron, Film-film Mistik, Gosip, Percintaan ataupun pacaran juga acara-acara yang tidak diridhoi Alloh Azza wa Jalla. Sekian. Barakallohu’ fiik.
Maraji’/Rujukan:
# Kitab At-Tauhid Awwalan Ya Du’atal Islam, Karya: Syaikh Al-Allamah Muhadist Muhammad Nashiruddin Al-Albani Rahimahulloh.
# Kitab Al-Muttaham al-Awwal, Karya: Syaikh Al-Allamah Al-Faqih Wahid Abdus Salam Bali Hafidzhahulloh
# Kitab Kalimat illal Murobbi wal Murobbiyat, Karya: Syaikh Al-Allamah Al-Faqih Muhammad bin Jamil Zainu Hafidzhahulloh
# Kitab At-Tamtsill, Karya: Guru Kami Syaikh Al-Allamah Al-Faqih DR. Bakr’ bin Abdillah Abu Zayd Hafidzhahulloh
# Kitab Mukhalafat taqa’u fiha an-Nisa’, Karya: Guru Kami Syaikh Al-Allamah Al-Faqih DR. Abdullah bin Abdurrahman al-Jibrin Hafidzhahulloh
# Kitab Tadabbur Al-Qur’an, Karya: Guru Kami Syaikh Al-Allamah Al-Faqih Prof. DR. Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al-Fauzan Hafidzhahulloh
# Kitab Mas’uliyah Al-Mar’ah al-Muslimah, Karya: Guru Kami Syaikh Al-Allamah Al-Faqih Abdullah bin Jarulloh bin Ibrahim al-Jarulloh Rahimahulloh.
PT.MIM, Cimanglid-Bogor, 13-3-2007 Masehi diedit Ulang Bekasi, 09-09-2008

Sabtu, 27 November 2010

Surat Hasan al-Basri Kepada Umar bin Abdul Aziz


Hasan Al-Basri rohimahullah menulis surat kepada Umar bin Abdul Aziz rohimahullah, dan dalam suratnya Hasan Al-Basri berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya tafakkur Itu mengajak pelakunya kepada kebaikan dan mengamalkannya. Menyesali kejahatan Itu membuat pelakunya meninggalkannya.
Apa yang telah hilang – kendati sangat banyak-tidak bisa dibandingkan dengan apa
yang masih ada, kendati mencarinya adalah sesuatu yang mulia. Bersabar terhadap kelelahan sebentar yang menghasilkan istirahat lama itu lebih baik , daripada penyegeraann istirahat sebentar yang menghasilkan kelelahan abadi.

Waspadalah terhadap dunia yang menipu, berikhianat, dan memperdaya. ia berhias
dengan tipuannya, berdandan dengan muslihatnya, membunuh manusia dengan mimpi-mimpinya, dan membuat ridu para pelamarnya, hingga Ia menjadi seperti pengantin yang menjadi pusat perhatian. Semua mata melihat kepadanva.

Semua hati rindu kepadanva. dan semua jiwanva tertarik kepadanya. Ia menjadi pembunuh bagi semua suami- suaminya. Tragisnya orang yang masih hidup tidak mau belajar dari orang yang telah meninggal dunia, generasi terakhir tidak mengambil pelajaran dari generasi pertama, orang bijak tidak mendapatkan manfaat dari banyaknya
pengalaman, dan orang yang kenal Allah dan beriman kepada-Nya tidak ingat
ketika la diberi penjelasan tentang dunia.

Akibatnya, hati manusia mencintai dunia dan jiwa mereka kikir dengannya. Ini semua tidak lain bentuk kerinduan kita kepada dunia, karena barangsiapa merindukan sesuatu, Ia tidak memikirkan yang lain. Ia mati ketika memburunya atau berhasil mendapatkannya. Kedua orang tersebut adalah perindu dan pemburu dunia.
Perindu dunia telah sukses mendapatkan dunia dan tertipu dengannya. Dengan
dunia, Ia lupa akan prinsip dan hari akhirat. Hatinya disibukkan oleh dunia. Hatinya dibuat larut oleh dunia, hingga kakinya tergelincir di dalamnya, dan kematian datang kepadanya dengan sangat cepat daripada sebelumnya. Ketika itu, penyesalanya pun menggelembung, kesedihannya membesar, terkumpul padanya sakaratul maut dan rasa sakitnya dengan sedih kehilangan dunia.

Sedang orang kedua meninggal sebelum berhasil memenuhi kebutuhannya. Ia pergi
dari dunia dalam keadaan terpukul hatinya, tidak mendapatkan apa yang dicarinya
dan jiwanya tidak bisa istirahat, dari kelelahan. Ia keluar dari dunia tanpa bekal dan tiba tanpa membawa oleh-oleh. Oleh karena itu, waspadalah secara penuh terhadap dunia, karena dunia itu tak ubahnya seperti ular; kulitnya halus, namun racunnya mematikan.

Berpalinglah dari apa saja di dunia ini yang menarik hatimu, kanena jarang sekali sesuatu yang ada di dunia ini yang menemanimu. Buanglah seluruh ambisi kepada dunia dari dalam hatimu, karena engkau mengetahui dunia itu menyakitkan dan engkau yakin akan berpisah dengannya. Oleh karena itu, waspadalah wahai Amirul Mukminin. Karena sesungguhnya pemilik dunia, setiap kali ia senang kepadanya maka itu berubah menjadi kebencian.
Orang yang gembira di dunia ialah orang yang tertipu, orang yang bermanfaat di dalamnya kelak menjadi orang yang merugi, kemakmuran di dalamnya diberikan bercampur dengan cobaan, dan keabadian di dalamnya berubah menjadi fana. Kebahagiaan di dalamnya bercampur dengan kesedihan, dan akhir kehidupan di
dalamnya adalah lemah dan tidak berdaya. Oleh karena itu, lihatlah dunia seperti penglihatan orang zuhud yang hendak meninggalkannya, dan jangan melihat dunia seperti penglihatan perindu yang jatuh cinta.

Ketahuilah, bahwa dunia itu menghilangkan tamu yang telah menetap, dan menyakitkan orang tertipu yang merasa aman. Apa yang telah berlalu dari dunia tidak akan kembali lagi, dan apa yang akan datang tidak bisa diketahui, apa lagi ditunggu.!
Waspadalah terhadap dunia, karena mimpi-mimpinya dusta belaka, khayalan- khaya
lannya batil kehidupannya melelahkan, dan kejernihannya adalah keruh. Engkau terancam mendapatkan dua hal di dunia ini; nikmat yang akansirna, dan cobaan
yang akan datang, atau musibah yang menyakitkan, dan kematian yang memutus
segala-galanya.

Sungguh, dunia itu melelahkan seseorang, jika ia mau berpikir. Ia berada dalam
nikmat yang membahayakan, takut terhadap musibah-musibah yang ada di dalamnya,
dan meyakini kematian. Seandainya Allah Yang Maha pencipta tidak menyampaikan
berita tentang dunia, dan tidak memberi perumpamaan tentang dunia, dan tidak
memerintahkan manusia bersikap zuhud di dalamnya, pasti dunia membangunkan
orang yang tidur, dan mengingatkan orang yang lupa diri!

Bagaimana tidak, padahal telah datang pelarang dari Allah Azza wa Jalla dan banyak sekali penasihat di dalamnya? Dunia di sisi Allah Azza wa Jalla tidak ada bobot dan nilainya. Berat dunia di sisi Allah Ta’ ala tidak seberat satu kerikil, dan tidak sebesar satu bintang di antara gugusan bintang yang ada. Allah tidak menciptakan makhluk yang Lebih Dia benci dari pada dunia –seperti di sampaikan kepadaku- dan Dia tidak melihat
kepada-nya sejak Dia menciptaknnya karena benci kepadanya.

Sungguh dunia dengan kunci-kuncinya dan semua simpanannya yang nilainya di sisi
Allah Lebih ringan dari sayap lalat , pernah diperlihatkan kepada Nabi kita,
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, namun beliau menolak menerimanya, karena
beliau telah mengetahui bahwa jlka Allah membenci sesuatu, beliau harus membencinya. Jika Allah mengkerdilkan sesuatu, beliau harus mengkerdilkannya. Dan jika Allah
merendahkan sesuatu, beliau harus merendahkannya.

Jika beliau menerima dunia tersebut, maka bukti kecintaan beliau kepada dunia
tersebut ialah penerimaan beliau terhadap tawaran dalam bentuk dunia tersebut.
Namun beliau menolak mencintai sesuatu yang dibenci Allah, dan mengangkat apa
yang direndahkan Pemiliknya.

Jika Allah Ta’ala tidak menunjukkan tentang rendahnya nilai dunia kepada beliau,
namun Dia memandang rendah dunia tersebut dengan menjadikan kebaikannya sebagai
pahala bagi orang-orang yang taat, dan menjadikan hukuman dunia sebagai siksa
bagi orang-orang yang bermaksiat. Kemudian Allah mengeluarkan pahala taat dari
dunia tersebut, dan mengeluarkan hukuman maksiat daripadanya.

Di antara hal menunjukkan kepada dunia tentang keburukan dunia ini, bahwa Allah
Ta’ala menjauhkan dunia dari orang- orang yang shalih dengan suka rela dan membentangkannya kepada musuh-musuh-Nya dengan tujuan menipunya.

Orang yang tertipu dengan dunia dan tergoda dengannya menyangka bahwa ia
dimuliakan Allah Ta’ala dengan dunia tersebut. Ia lupa terhadap apa yang diperbuat
Allah terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan Nabi Musa ‘Alaihis Salam.

Adapun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau mengikatkan batu diperutnya karena sakinglaparnya.
Adapun Nabi Musa ‘Alaihis Salam, beliau tidak meminta sesuatu kepada Allah Ta‘ala pada saat ia berteduh di bawah pohon, selain makanan yang bisa beliau makan untuk menghilangkan kelaparannya.
Sungguh banyak sekali riwayat-riwayat dan Nabi Musa ‘Alaihis Salam, bahwa Allah Ta’ala mewahyukan kepada beliau , Hai Musa, jika engkau melihat kemiskinan datang kepadamu, katakan, ‘Selamat datang simbol orang-orang shalih.’ Jika engkau melihat
kekayaan datang kepadamu, katakan, ‘ini adalah dosa yang hukumannya dipercepat.’

Jika engkau mau, aku ketengahkan Nabi Isa ‘alaihis salam kepada baginda, karena ia amat menakjubkan. Ia berkata, “Lauk-ku adalah lapar, Syi’arku ialah takut, Pakaianku ialah wol., Hewan kendaraanku ialah kedua kakiku. Lampuku di malam hari ialah bulan. Bahan bakarku di musim dingin ialah matahari. Buah -buahanku dan penghidupanku ialah apa yang ditumbuhkan bumi untuk binatang buas dan hewan ternak. Aku tidur dalam keadaan tidak memiliki apa-apa dan tidak ada seorang pun yang lebih kaya dariku”.
Jika engkau mau, aku ketengahkan contoh keempat, yaitu Nabi Sulaiman bin Daud
Alaihimas Salam, karena ia tidak kalah menakjubkan. Ia makan roti dan gandum, memberi roti coklat kepada keluarganya, dan tepung putih kepada rakyatnya.

Jika malam telah tiba, ia memakai baju dari tenunan kasar, dari tangannya ke lehernya Ia semalaman menangis hingga pagi hari. Ia makan makanan yang kasar, dan mengenakan pakaian kasar. Kendati Itu semua, mereka membenci apa saja yang dibenci Allah Ta’ala, memandang kecil apa yang dipandang kecil oleh Allah Ta’ala, dan bersikap zuhud di dalam hal-hal yang Allah bersikap zuhud di dalamnya.
Kemudian orang-orang shalih meniti jalan mereka, menapaktilasi jalan mereka, mengharuskan dirinya berlelah- lelah, dan memahami lbrah, serta merenung diri.
Mereka bersabar di dunia yang singkat ini dari kenikmatan yang menipu yang berakhir kepada kemusnahan. Mereka melihat kepada akhir dunia, dan tidak melihat kepada permulaannya. Mereka melihat kepada hasil akhir dunia yang pahit, dan tdak melihat rasa manis yang hanya terasa pada awal-awalnya saja.
Mereka mengharuskan dirinya bersabar dan menempatkan diri mereka seperti mayit-mayit yang tidak boleh kenyang di dunia, kecuali pada saat yang dibutuhkan. Mereka makan sebatas untuk menguatkan jiwa, dan ruh. Mereka menempatkan diri mereka seperti bangkai yang telah membusuk, hingga membuat siapa saja yang melewatinya, pasti Ia menutup hidungnya. Mereka tidak meraih dunia hingga sampai tahap merugikannya, dan tidak sampai kenyang yang berbau busuk.
Dunia dijauhkan dari mereka. Itulah kedudukan dunia dalam jiwa mereka. Mereka
merasa heran terhadap orang yang memakan dunia hingga kekenyangan, dan
bersenang-senang dengannya hingga rakus. Mereka berkata, Tidakkah kalian lihat
bahwa mereka tidak takut makan? Tidakkah mereka mendapatkan bau busuknya?

Saudaraku, demi Allah sesungguhnya bau dunia sekarang atau esok itu lebih busuk
daripada bangkai. Hanya saja manusia meminta sabar dengan segera. Akibatnya,
mereka tidak bisa mencium bau busuk. Mereka tidak bisa mencium bau bau yang ada
di kulit yang membusuk yang mengganggu para pejalan kaki, dan orang-orang yang
duduk di dekatnya.

Cukuplah dunia bagi orang yang berakal, bahwa barangsiapa meninggal dunia
dengan meninggalkan harta yang banyak, Ia sangat berkeinginan seandainya dulu
ia menjadi orang miskin di dunia, atau orang mulia, atau orang buangan, atau
orang selamat. Ia lebih senang seandainya di dunia dulu ia menjadi orang yang
menderita, atau rakyat biasa.

Jika engkau meninggalkan dunia ini, pasti engkau lebih senang seandainya engkau
di dunia ini menjadi orang yang paling rendah kedudukannya, dan orang yang
paling miskin. Bukankah ini cukup dijadikan bukti bahwa dunia itu sangat hina
bagi orang yang memikirkannya?

Demi Allah, jika seseorang mengharapkan sesuatu dari dunia ini melainkan ia
mendapati dunia tersebut berada di sampingnya tanpa ia kejar dan merasakan
kelelahan. Namun jika Ia telah mendapatkan sesuatu dari dunia tensebut, ia mempunyai hak-hak Allah di dalamnya, dan ia akan ditanya tentang dunia tersebut, serta ia akan dihisab karenanya Jika demikian permasalahannya, maka seyogyanya orang berakal itu tidak mengambil sesuatu dari dunia, kecuali sebesar porsi makanannya dan kebutuhannya, karena khawatir akan ditanya tentang dunia tersebut, dan takut akan dahsyatnya hisab terhadap dirinya.

Sesungguhnya dunia itu jika engkau memikirkannya, tidak lebih dari tiga hari: hari kemarin yang tidak bisa engkau harapkan lagi, hari yang engkau berada didalamnya yang harus engkau manfaatkan sebaik mungkin, dan hari esok yang engkau tidak tahu apakah engkau berada di hari tersebut atau tidak? Engkau tidak tahu siapa tahu engkau meninggal dunia esok pagi.
Adapun kemarin, ia ibarat orang bijak yang pandai mendidik. Adapun hari ini, ia ibarat teman yang akan mengucapkan selamat berpisah. Namun, kendati kemarin telah membuatmu sakit, engkau telah menggenggam hikmah. Jika engkau telah menyia-nyiakannya, engkau mendapatkan ganti. Tadinya kemarin tersebut tidak ada pada dirimu, namun sekarang ia cepat pergi darimu.
Adapun esok hari, engkau masih mempunyai secercah harapan. Oleh karena itu,
berbuatlah, dan jangan tertipu oleh mimpi-mimpi sebelum ajal tiba. Engkau jangan memasukkan kesedihan esok dan esok lusa ke dalam hari ini, karena hal tersebut hanya akan menambah kesedihanmu dan kelelahanmu, serta engkau kumpulkan pada hari ini sesuatu yang menyempurnakan hari-harimu. Itu hal yang mustahil, karena kesibukan Itu sangat padat, kesedihan Itu semakin bertambah, kelelahan itu semakin besar, dan seseorang membuang amal dengan impian kosong.

Seandainya harapan esok pagi keluar dari hatimu, engkau telah berbuat dengan
baik pada hari ini, dan telah mengurangi kesedihanmu pada hari ini. Namun harapanmu terhadap esok pagi itu membuatmu bersikap tidak serius,dan membuatmu menjadi orang yang banyak menuntut.

Jika engkau ingin kata-kata singkat, aku pasti mendiskripsikan untukmu tentang
dunia di antara dua jam; satu jam yang telah berlalu, satu jam yang akan datang, dan satu jam yang engkau sedang berada dl dalamnya.

Adapun satu jam yang telah berlalu dan telah lewat. maka engkau tidak mendapatkan kelezatan di istirahat keduanya dan merasakan sakit terhadap musibah keduanya. Sesungguhnya dunia ialah saat yang engkau sedang berada di dalamnya. Satu jam tersebut menipumu dari surga dan menggiringmu ke neraka.
Adapun hari ini -jika engkau memikirkannya- adalah ibarat tamu yang singgah kepadamu dan akan pergi darimu. Jika engkau menjamu dan melayaninya dengan baik, Ia menjadi saksi bagimu, memujimu, dan membenarkanmu di dalamnya. Jika engkau menjamunya dengan buruk, Ia berputar di kedua matamu.
Kedua hari tersebut adalah ibarat dua saudara. Salah seorang daripadanya bertamu kepadamu, kemudian engkau bersikap buruk terhadapnya, dan tidak menjamunya dengan baik. Sesudah orang tersebut pergi darimu, datanglah orang satunya, kemudian berkata kepadamu, Aku datang kepadamu setelah kepergian saudaraku.
Jika engkau berbuat baik kepadaku, perbuatan baikmu ini akan menghapus perbuatan burukmu kepada suadaraku sebelum ini dan memaafkan apa yang telah engkau perbuat terhadapnya. Hati-hatilah engkau, jika aku berkunjung kepadamu dan aku datang kepadamu setelah kepergian saudaraku darimu. Sungguh, engkau telah beruntung mendapatkan pengganti jika engkau mau berfikir.Periksalah apa yang telah engkau sia-siakan!.
Jika engkau menyamakan orang kedua seperti orang pertama, maka alangkah
pantasnya engkau binasa karena kesaksian dua orang tersebut terhadap dirimu!.

Sesungguhnya sisa umur itu tidak ada nilainya. Seandainya semua dunia dikumpulkan, maka dunia tidak lebih dari satu hari dalam umur seseorang.
Jangan sekali-kali mayat di kuburan itu lebih bisa menghargai sesuatu yang ada
di tanganmu daripada engkau sendiri. padahal sesuatu tersebut milikmu. Demi Allah. jika dikatakan kepada mayat di kuburan. ‘Inilah dunia itu dan awal hingga akhir. Engkau memberikannya kepada anak-anakmu kemudian mereka bersenang-senang dengannya sepeninggalmu. Engkau lebih mencintai mereka ataukah lebih mencintai hari di mana engkau dibiarkan beramal untuk dirimu? Pasti ia memilih pilihan kedua..

Bahkan, seandainya ia disuruh memilih satu jam dengan waktu berjam-jam milik
orang lain seperti telah aku jelaskan kepadamu, pasti ia lebih memilih waktu satu jam tersebut untuk dirinya.

Bahkan lagi, jika ia disuruh memilih antara satu kata yang mendapatkan pahala dengan hal-hal lain seperti telah aku jelaskan kepadamu, pasti ia lebih menyukai satu kata tersebut.
Periksalah dirimu hari ini! Lihatlah waktu! Agungkanlah kata! Hati-hatilah terhadap kerugian ketika Hari Kiamat telah tiba! Semoga Allah menjadikan nasihat ini bermanfaat bagiku dan bagimu. Semoga Allah memberi kita hasil yang baik.
Sumber : Buku Wasiat –wasiat Ulama terdahulu , Oleh Syaikh Salim l’ed Al-Hilali
hafidzahullah, Penerbit: Dar Ibnu
Jauzi. Cet. 2 1112 H/1991 M
www.eramuslim.com

Jumat, 26 November 2010

Bukti Kebenaran Islam

Assalaamu 'alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuh
Seorang bukan Islam yang bahkan tidak percaya Tuhan bertanya: apa bukti kebenaran Islam? Bagaimanakah cara menjawabnya?
Terima kasih
Muhammad

Jawaban
Saudara Muhammad yang dimuliakan Allah swt
Da’wah islamiyah tidaklah ditujukan hanya untuk orang-orang yang sudah memeluk islam akan tetapi juga kepada seluruh manusia tidak terkecuali mereka yang masih kafir, musyrik atau yang mengingkari keberadaan Allah dan kebenaran agama-Nya.
Dikarenakan da’wah ini adalah mengembalikan manusia kepada fitrahnya dan menunjukkan mereka kepada jalan kebenaran maka ia merupakan perbuatan yang paling mulia di sisi Allah swt, sebagaimana firman-Nya :
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Artinya : “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS. Fushilat : 33)
Didalam hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah saw bersabda,”Demi Allah jika Allah memberikan hidayah kepada seseorang lantaran kamu maka hal itu lebih baik bagimu daripada onta merah. “ (HR. Bukhori dan Muslim)
Dan diantara argumentasi atau bukti akan kebanaran islam kepada orang-orang yang tidak mempercayai tuhan adalah melalui dalil-dalil aqli (akal).
Syeikh Ali Tanthowi mengatakan bahwa sesungguhnya mengimani Allah swt termasuk masalah yang aksioma yang dapat dirasakan dengan perasaan jiswa sebelum dibukikan dengan dalil akal.
Tentang perasaan jiwa seseorang yang secara aksiomatis mengimani keberadaan Allah swt telah diterangkan didalam firman-Nya :

Artinya : “Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
Dia mengatakan bagaimana mungkin seorang yang kafir mengingkari Allah swt padahal dirinya sendiri adalah menjadi bukti atas keberadaan Allah. Seperti orang yang memegang barang milik anda ditangannya lalu dia mengaku bahwa dia tidak mengambilnya dan juga tidak menyentuhnya. Atau seperti orang yang sedang memakai pakaian basah meneteskan air. Hal ini adalah puncak dari hakikat. Akan tetapi mengapa banyak orang tidak memeperhatikannya? Hal itu dikarenakan mereka tidak pernah mau memikirkan tentang dirinya sendiri, firman-Nya :
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ

Artinya : “Mereka lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka “ (QS. Al Hasyr : 19)
Cobalah tanyakan kepada orang yang atheis itu,”Apakah engkau yang menjadikan dirimu dengan kehendak dan akalmu sendiri? Apakah engkau yang memasukkan dirimu kedalam perut ibumu? Apakah engkau sendiri yang memilih perempuan itu sendiri sebagai ibumu? Apakah engkau yang pergi menjemput bidan untuk mengeluarkanmu dari perut itu? Jadi, apakah dia dijadikan dari asal tiada tanpa adanya Sang Pencipta dan tanpa ada yang menjadikannya? Ini adalah suatu hal yang mustahil.
Lalu apakah dia dijadikan dari benda-benda yang telah ada sebelumnya, seperti gunung, laut, matahari, dan bintang-bintang?
Orang-orang atheis mengatakan bahwa alamlah yang menciptakan manusia, alamlah yang memberikannya akal! Dan jika ditanyakan kepadanya siapakah yang menciptakan alam? Dia menjawab,”Ia terjadi secara kebetulan..” menurut hukum kemungkinan (probability law).
Selanjutnya tanyakan kepadanya,”Tahukah anda contoh dari perkataan itu?”
Misalnya ada dua orang yang tersesat di padang pasir lalu melintasi sebuah istana yang megah dindingnya penuh dengan ukiran-ukiran dari emas yang sangat indah, permadaninya tebal, jam serta batu-batu permata. Salah seorang dari mereka berkata,”Pastilah ada orang yang membangun istana ini dengan memasang permadaninya.” Kemudian yang seorang lagi menjawab,”Engkau adalah orang yang kolot, itu semuanya adalah proses alam.”
Orang yang pertama bertanya,”Bagaimanakah alam dapat membuat seperti ini?’ temannya menjawab,”Di sini dahulu ada batu kemudian terjadi banjir, angin, serta pengauh-pengaruh udara sehingga bertumpuk atau tertimbun. Kemudian dengan berlalunya kurun demi kurun, secara “kebetulan” ia menjadi dinding.”
Orang itu bertanya lagi,”Permadani itu dari apa?”
Temannya menjawab,”Permadani itu berasal dari bulu-bulu domba yang berterbangan. Kemudian satu sama lain saling menyatu dan dikenai zat pewarna lalu tercelup dan memadu, sehingga terjadilah permadani.”
Orang itu bertanya lagi, ”Sedang jam itu?”
Temannya menjawab,”Besi yang sudah dimakan karat, akibat pengaruh udara terpotong-potong bulat dan bersatu. Kemudian dengan berlalunya masa demi masa sehingga menjadi bentuk seperti itu.”
Pastilah anda akan mengatakan orang yang seperti itu adalah orang gilaa??
Benarkah “kebetulan” yang menjadikan 9000 kelenjar ludah pada lidah, yang kesemuanya siap untuk dipakai sebagai perasa. Dan didalam telinga terdapat 100.000 sel pendengaran. Pada setiap mata terdapat 130 juta sel yang kesemuanya siap untuk menerima cahaya. Bumi beserta keajaiban-keajaiban dan rahasia-rahasia yang ada didalamnya, lapisan udara yang mengelilinginya, makhluk-makhluk hidup yang dikandungnya, ada yang tak dapat dilihat dan ditangkap. Bentuk-bentuk ajaib dari atom es yang gugur, diciptakan oleh-Nya dengan sangat detil dan keindahan yang ada didalamnya tidak dapat tersingkap oleh kita melainkan beberapa waktu belakangan ini.
Matahari yang jaraknya dari kita lebih dari 100 juta km akan tetapi bila jauhnya diukur dengan tahun cahaya maka jarak matahari dari kita mencapai delapan detik. Lalu bagaimana pula dengan jarak bintang-bintang yang cahayanya baru sampai kepada kita dalam satu juta tahun cahaya—satu tahun cahaya sama dengan 100.000 milyar km—maka berapa km kah jaraknya kalau satu juta tahun cahaya?
Masih banyak lagi bintang-bintang yang belum terjangkau oleh ilmu falak melainkan hanya berupa gumpalan yang bersinar, padanya terdapat planet-planet yang tidak diketahui oleh siapa pun kecuali Allah swt saja. Bintang-bintang ini—yang besarnya tidak dapat digambarkan oleh akal manusia—berjalan dengan kecepatan (laju) yang sangat tinggi, suatu kecepatan yang melebihi batas-batas angka. Bagaimanakah bisa tidak terjadi tabrakan antara satu dengan yang lainnya?
Ada seorang ahli falak yang mengatakan bahwa kemungkinan terjadinya pelanggaran antara sesama bintang-bintang itu sama seperti kemungkinan terjadinya pelanggaran enam ekor lebah yang dilepas di atmosfir bumi. Luasnya atmosfir bumi bagi enam ekor lebah sama halnya dengan luasnya ruang angkasa raya bagi bintang-bintang yang tak terhitung dan tak terhingga itu.
Atom yang tidak terlihat, melainkan dengan kaca pembesar elektronik. Atom yang dahulu disebut oleh saintis dan para filosof kuno dengan “bagian yang tak bisa dipecah-pecah lagi.” Atom, yang menurut ahli sains, jika 40 juta atom dibariskan secara berderet panjangnya baru mencapai 1 cm, ditengahnya terdapat ruang yang mempunyai inti sementara disekitarnya beredar partikel-partikel halus sama seperti peredaran bintang-bintang di angkasa. Inti pada satu atom ibarat sebutir biji gandum bagi istana yang luas. Bobot dari inti-inti atom itu lebih dari berat 1800 elektron ini.
Maka apakah itu semuanya merupakan hasil atau akibat dari “kebetulan”?!
Sesungguhnya itu semua menunjukkan bahwa ada yang menciptakan dan mengaturnya yang tidak lain adalah Allah swt. Dial ah yang bertindak terhadap alam sebagaimana tindakan seorang pemilik yang bebas terhadap barang yang dimiilikinya.
Allah lah yang mengetahui berapa helai daun pada setiap pohon, bentuk tiap-tiap darunnya, letaknya dan berapa banyak “bakteri” di dunia ini. Berapa panjang, lebar dan bagian-bagian yang terdiri dari padanya, electron-elektron yang terdapat didalam atom baik yang diam maupun yang bergerak, berapa jumlahnya, tabrakan yang terjadi padanya, sifat-sifatnya, bergerak atau diam, perkembangan atau peralihan. Semua itu tercatat di sisi-Nya dalam sebuah “kitab” (Lauh Mahfuzh).
Alam ini keseluruhannya, Dia-lah Tuhannya, Dia-lah yang menjadikan dan memeliharanya. Dia-lah yang merubah satu hal kepada hal yang lain. Dia-lah yang menjadikan setiap atom daripadanya agar membuat manusia yang berakal untuk berfikir dan mencarinya.
Dan apabila seseorang telah mengakui bahwa Allah itu ada dan Dial—lah Tuhan seluruh alam dan Dia-lah pemilik kerajaan maka janganlah dia menyembah selain-Nya dalam bentuk ibadah apa pun. (Definisi Umum Tentang Aqidah Islamiyah hal 87 – 100)
Islam adalah agama Allah yang mengakui keesaan-Nya dan tidak mengakui ketuhanan yang banyak. Hal itu bisa dilihat dengan berbagai keteraturan yang ada di alam ini—sebagai penjelasan diatas—tentunya hal yang mustahil apabila keteraturan itu dilakukan oleh lebih dari satu pencipta. Dan jika hal ini terjadi maka pastilah alam ini akan hancur lebur, sebagaimana firman-Nya :
أَمِ اتَّخَذُوا آلِهَةً مِّنَ الْأَرْضِ هُمْ يُنشِرُونَ ﴿٢١﴾
لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ ﴿٢٢﴾

Artinya : “Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang mati)? Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al Anbiya : 21 – 22)
Seperti halnya tidak mungkin didalam satu kendaraan yang bergerak terdapat dua orang supir dan jika hal itu terjadi pastilah kendaraan itu akan mengalami kecelakaan atau seperti juga sekelompok tentara yang dikomandoi oleh lebih dari satu pemimpin ?! atau sebuah sekolah yang dipimpin oleh dua atau lebih kepala sekolah?!
Dengan sarana obyektif apa pun seseorang melihat islam maka ia akan mendapatkan kebenarannya didalamnya baik dengan dalil fitrah, naqli maupun aqli (akal) dan dari sisi mana pun seseorang memandangnya maka ia akan mendapatkan bahwa islam adalah agama yang sempurna baik dari sisi ideologi, social, ekonomi, politik, hukum ataupun yang lainnya.
Firman Allah swt :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
Artinya : “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al Maidah : 3)
Wallahu A’lam

Archive