Sabtu, 05 Februari 2011

Teh, Temukan Khasiatnya




Jumat, 21 September 2007
BARANGKALI cukup sering Anda mendengar pernyataan tuan rumah ketika menjamu tamunya. Bunyinya seperti ini, "Maaf ya, hanya sekadar teh...."
Pernyataan tuan rumah biasanya akan sangat lain, lebih bernada gembira dan bangga, ketika dia menyajikan kopi, sirup, atau minuman berkarbonat yang populer disebut soft drink kepada tamunya.
Itulah potret nyata bagaimana "penghargaan" terhadap teh di tengah masyarakat Indonesia. Barangkali karena harga teh relatif lebih murah ketimbang harga bubuk kopi atau soft drink untuk ukuran yang sama, maka teh dianggap "murahan". Apalagi sering kali di rumah-rumah makan kita bisa mendapatkan minuman teh secara gratis, hal mana tidak akan bisa kita dapatkan untuk minuman kopi atau soft drink.
Padahal, teh itu sangat beragam. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, misalnya, kedai-kedai penjual teh dengan harga puluhan ribu rupiah per gelasnya sudah banyak. Bahkan, sebungkus bubuk teh sebesar 250 gram yang berasal dari luar Indonesia, dijual dengan harga jauh lebih mahal dari bubuk kopi impor untuk ukuran yang sama.
Bagi masyarakat Indonesia, teh sebenarnya tidak pernah bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Hampir setiap hari kita meminum teh, baik di rumah, di rumah makan, bahkan juga di pinggir jalan atau lapangan olahraga. Minuman teh juga bisa ditemukan di mana-mana di Indonesia. Akan tetapi, kebiasaan kita minum teh itu jika dikumulasikan dalam setahun ternyata masih relatif rendah dibandingkan kebiasaan masyarakat Jepang, India, Inggris, atau Sri Lanka dalam mengonsumsi teh. Dalam setahun, orang Indonesia mengonsumsi teh sekitar 250-300 gram saja, atau dalam sehari teh yang kita minum rata-rata berasal kurang dari satu gram bubuk teh.
Dengan kandungan bubuk teh yang minim itu, tidak mengherankan bila rasa air teh yang umumnya kita minum memang "begitu-begitu" saja. Hanya air putih dengan sedikit rasa pahit dan warna kecoklat-coklatan. Banyak dari kita mungkin belum bisa merasakan nikmatnya minum teh.
Barangkali banyak dari kita belum menyadari, belum tahu, atau tahu tetapi melupakannya, bahwa minuman teh itu jauh lebih bermanfaat ketimbang kopi, apalagi soft drink. Khasiat teh sudah sejak lama diketahui, baik sebagai antioksidan, sebagai sumber serat alami, maupun sebagai pengurang risiko hipertensi, stroke, dan berbagai penyakit lainnya.
TANAMAN teh (Camellia sinensis) yang menurut sejarah pertama kali dikenal oleh Kaisar Shen Nung di Cina pada tahun 2737 Sebelum Masehi, mulai ditanam di Indonesia sejak tahun 1826.
Banyak dari kita di Indonesia mungkin hanya mengenal teh hitam, karena jenis teh inilah yang banyak diproduksi di Indonesia. Beberapa dari kita mungkin juga mengenal teh hijau, namun di pasaran jenis teh ini tidaklah banyak.
Jenis teh sendiri sebenarnya sangat beragam, begitu juga kualitas hasil olahannya. Meski demikian, pada dasarnya teh itu terbagi menjadi tiga, yaitu teh hitam yang dibuat melalui proses fermentasi, teh hijau yang dibuat tanpa melalui proses fermentasi sama sekali, dan teh oolong yang dibuat melalui proses semi fermentasi. Proses fermentasi di atas pada dasarnya adalah proses oksidasi polifenol yang ada dalam daun teh oleh enzim polifenol oksidase.
Selain perbedaan dalam proses pengolahannya, varietas klon teh hitam dan teh hijau pun berbeda. Teh hijau berasal dari klon-klon yang aslinya berasal dari Jepang, antara lain yabukita, yutakamidori, yamakai, dan lain-lain.
Di kalangan sementara pihak ada kepercayaan teh hijau khasiatnya lebih tinggi ketimbang teh hitam. Akan tetapi, mantan Ketua Asosiasi Teh Indonesia (ATI) Rachmat Badrudin maupun Ketua ATI Insyaf Kamil berpendapat sebenarnya khasiat teh hitam dan teh hijau relatif sama. "Hanya karena produksi teh hijau ini di dunia memang lebih sedikit, sekitar 20 sampai 30 persen, maka sering kali dianggap teh hijau lebih unggul ketimbang teh hitam," papar Rachmat.
Terlepas dari soal mana yang lebih berkhasiat, rasa maupun penampakan minuman dari teh hitam dengan teh hijau memang sedikit berbeda. Teh hijau umumnya lebih pahit rasanya, padahal warna airnya justru lebih bening, kehijau-hijauan atau kekuning-kuningan. Selain itu, ada rasa tertentu yang tertinggal di lidah kita, seusai kita meminum teh hijau yang disajikan dengan cara yang benar.
Berdasarkan hasil penelitian maupun bahan pustaka dari Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, baik teh hijau maupun teh hitam punya keunggulan masing-masing. Dalam setiap 100 gram teh hijau terdapat 24 gram (gr) kandungan protein, sedangkan pada teh hitam dengan kuantitas yang sama mengandung 19,4 gr protein. Untuk kandungan serat, teh hijau 10,6 gr sedangkan teh hitam 10,9 gr. Sedangkan kandungan gulanya pada teh hijau 35,2 gr dan pada teh hitam 32,1 gr. Teh pun memiliki kandungan lemak, di mana untuk teh hijau mencapai 4,6 gr sedangkan teh hitam 2,5 gr.
Teh hijau dalam penelitian di atas adalah dari klon Sencha, dan baru klon inilah yang bisa dibuat di PT Perkebunan Nusantara VIII, Jawa Barat. Dua klon teh hijau lainnya yang juga mulai dikembangkan di Indonesia adalah jenis Gyokuro dan Bancha.
Bila dibandingkan dengan minuman kopi, secara umum kualitas teh lebih baik. Bahkan dalam soal kandungan vitamin C, dalam 100 gr teh hijau terkandung 250 mg vitamin C. Padahal untuk ukuran yang sama, pada jeruk mandarin hanya terkandung vitamin C sebanyak 35 mg, atau setiap 100 gr teh hijau Sencha sebanding dengan 700 gr jeruk. Wajarlah bila Institut Kanker Nasional Amerika Serikat berdasarkan hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa teh hijau memiliki sifat anti kanker yang kuat.
Bahkan, orangtua kita kerap menyarankan agar minum teh pahit saja jika kita terserang diare. Jika "resep" itu dilakukan cukup rutin, maka diare kita pun bisa hilang karena polifenol teh dapat membunuh spora klostridium botulinum, kuman penyebab diare yang sering ditemukan dalam makanan kaleng.
Jika Anda bingung mencari suplemen makanan yang mengandung zat antioksidan, daripada mahal-mahal membeli suplemen makanan berbentuk tablet buatan luar negeri yang harganya mahal, cukup minum saja teh secara rutin. Menurut Archieve of International Medicine, Polifenol dalam teh merupakan antioksidan jenis biolavanoid yang 100 kali lebih efektif dari Vitamin C dan 25 kali lebih efektif dari Vitamin E.
Maka tepatlah bila ATI dalam kampanye untuk meningkatkan konsumsi teh di Indonesia, menggunakan kalimat yang sederhana saja, "Teh, Temukan Khasiatnya". Jadi, tunggu apa lagi? Minumlah teh dan jadikan teh bagian dari upaya menjaga kesehatan Anda. (oki)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar